Bebas Dari Kepahitan


Belajar dari Yusuf(2): Free from bitterness; expecting blessings in disguise


Tetapi Yusuf berkata kepada mereka: "Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah? Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga." Demikianlah ia menghiburkan mereka dan menenangkan hati mereka dengan perkataannya. (Kej 50: 19-21)

Kemampuan Untuk Mengampuni Dan Melupakan
Menurut saya tidak ada yang lebih berperan pada sukses Yusuf daripada sikapnya dalam menghadapi kebusukan orang lain. Dengan kata lain, Yusuf memiliki hati yang bebas dari kepahitan. Mungkin ada memiliki teori lain, tapi menurut saya, itu merupakan suatu value yang sangat berperan dalam perubahan drastis yang dialami Yusuf. Hati yang bersih dari kepahitan adalah kunci yang penting untuk menuju sukses.

Firman Tuhan katakan, kepahitan itu sama seperti akar yang kuat dan yang berbuah segala jenis kekacauan (Ibr12:15). Kepahitan juga membuat sesorang tidak bisa melihat kasih karunia Tuhan yang sedang mengerjakan sesuatu dalam situasi yang jelek itu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Bukankah Tuhan sendiri sudah menjanjikan bahwa Dia turut bekerja dalam segalau sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Simak baik: segala sesuatu. Ya dalam keadan baik maupun dalam keadaan buruk.

Orang Yang Positif Menolak Kepahitan 
Namun banyak orang yang menjadi pahit kepada Tuhan maupun kepada orang lain (orang tua, suami / isteri, teman2, dlsb) dalam setiap situasi buruk yang menimpa mereka. Mereka dengan kata lain tidak pernah mengijinkan situasi buruk itu untuk dibalikkan menjadi blessings in disguise. Yusuf tidak seperti itu. Dia senantiasa mengalir dengan situasi yang di bawa kepadanya. Sambil terus menjaga hatinya tetap positif dan terus terbuka pada pengalaman baru yang mendatanginya.

Ketika dia hendak dibunuh oleh saudara kandungnya, dia tidak menjadi pahit. Ketika dia akhirnya dibuang dengan cara dijual kepada orang Mesir, dia tidak menjadi pahit. Ketika dia difitnah oleh istri Potifar, dia tidak menjadi pahit. Ketika dia dibuang kepenjara oleh Potifar, dia tidak menjadi pahit hati. Dia telah melewatkan semua kesempatan untuk meracuni dirinya dengan kekecewaan dan kepahitan.

Saya yakin ada terbersit dalam hatinya untuk menjadi pahit hati. Tergoda untuk menjerit dan menyalahkan saudara-saudaranya. Menyalahkan Potifar. Mendendam pada istri Potifar....Namun kepercayaannya pada kemampuan Tuhan untuk menolong dia, memberkati dia, itu melebihi semua rasa kecewa yang ditawarkan oleh pikirannya.

Pahit Hati Menutup Semua Pintu Berkat
Setiap hari kita bisa temui di kantor, di dunia usaha, orang orang yang pahit hati. Dan anda akan temui pikiran-pikiran yang negatif, destruktif dan tidak kreatif dari orang orang tersebut. Sebaliknya dengan mereka yang memiliki hati yang bersih. Sekalipun menghadapi berbagai ketidak-adilan dalam kehidupannya, mereka tetap bangkit dengan pikiran yang positif, optimis dan penuh kreatifitas. Mereka juga lah yang senantiasa bangkit dari keadaan buruk apapun yang menimpa mereka. Mereka pulalah yang senantiasa mengalami keberhasilan dalam hidupnya.

Bagi mereka, tidak ada batasan yang bisa mencegah mereka untuk meningkat lebih lagi dalam segala aspek pencapaian yang mereka kejar dalam hidup ini.

Ah, apakah anda telah melewatkan satu lagi kesempatan untuk menjadi pahit hati pada hari ini? Selamat untuk anda. Anda telah menjaga roh, jiwa dan tubuh anda dalam keadaan bersih dan sehat. Tuhan Yesus berkata, Andalah yang mewarisi bumi ini (Mat5:5).

All blessings,
Binsar