Senang Melihat Orang Lain Sukses

Bil 11:25 Lalu turunlah TUHAN dalam awan dan berbicara kepada Musa, kemudian diambil-Nya sebagian dari Roh yang hinggap padanya, dan ditaruh-Nya atas ketujuh puluh tua-tua itu; ketika Roh itu hinggap pada mereka, kepenuhanlah mereka seperti nabi, tetapi sesudah itu tidak lagi. 28 Maka menjawablah Yosua bin Nun, yang sejak mudanya menjadi abdi Musa: "Tuanku Musa, cegahlah mereka!" 29 Tetapi Musa berkata kepadanya: "Apakah engkau begitu giat mendukung diriku? Ah, kalau seluruh umat TUHAN menjadi nabi, oleh karena TUHAN memberi Roh-Nya hinggap kepada mereka!"

Saya membaca artikel diatas dan menemukan betapa dewasanya Nabi Musa dibandingkan Yosua yang saat itu relative masih muda dalam pelayanannya.
Yosua yang saat itu merupakan pelayan dan murid Musa, tidak senang melihat orang lain dipakai seperti Musa. Dia tidak suka orang lain bermunculan dan kuatir bahwa kesuksesan mereka mungkin akan mengurangi dan membuat redup kesuksesan dan posisi Musa di hadapan bangsa Israel.


Iri Hati Adalah Racun Bagi KeberhasilanTidak senang pada sukses orang lain itu berbahaya. Iri hati akan menjadi energi negative yang meracuni dan merusak iman kita dalam mencapai keberhasilan. Sebab Iman hanya dapat dibangun diatas hati yang suci tanpa ada intrik intrik dan rasa sirik. (Yudas 1:20)

Sebab iman dan kasih itu harus berjalan bersama sama. Dan kasih itu pasti tidak iri pada keberhasilan orang lain. Iri, sirik dan cemburu merupaskan bibit yang menghambat iman bertumbuh dalam hati kita. Dan tanpa Iman kita tidak dapat meraih sukses yang dari Tuhan. Bahkan kitab amsal mengatakan iri dan sirik itu bisa membusukkan tulang. Artinya menjadi sejenis penyakit yang membuat kita tidak bisa berkreasi secara maksimal dengan tubuh dan pikiran yang segar dan kreatif.

Ams 14:30 Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang.

Tidak demikian dengan Musa.

Hati Yang Tidak Terancam Oleh Sukses Orang Lain
Dia memiliki hati sebagai “King Maker”. Tujuan nya adalah membuat orang lain mencapai tanah perjanjian tanpa pamrih sedikitpun. Kepemimpinannya adalah “Servanthood”. Dia melayani, dia menjadi mentor agar orang lain sukses. Dia tidak memonopoli kekuasaan bahkan tidak keberatan mendelegasikan otoritasnya kepada 70 orang pemimpin.

Sebetulnya sikap ini menunjukkan kedewasaan seseorang. Seperti itulah orang-orang yang betul betul “secured”. Orang seperti ini yakin bahwa karunia dan kemampuan yang diberikan Tuhan dan yang telah dikembangkan dalam hidupnya tidak bisa dikecilkan dengan sukses orang lain. Dia yakin akan tempatnya. Dan dia juga yakin bahwa kemampuannya akan selalu diperlukan sekalipun ada orang-orang lain yang bermunculan dengan karunia-karunianya sendiri sendiri.

All blessings,
Binsar