Hidup Yang Dibuat Simple

“Dan mereka hidup berbahagia sampai selama-lamanya ….” begitulah kurang lebih signature ending-line dari karya-karya HC Andersen, seorang maestro dongeng anak-anak yang sangat terkenal di kalangan mereka yang lahir di tahun 60-an.

Namun belakangan ini saya menemukan ternyata baris legendaris tersebut bukanlah dimulai oleh HC Andersen. Kitab Wahyu memberikan ending yang jauh lebih hebat untuk kehidupan semua mereka yang dikasihi oleh Tuhan Yesus. Bunyinya seperti di bawah ini :

Maka tidak akan ada lagi laknat. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hamba-Nya akan beribadah kepada-Nya, dan mereka akan melihat wajah-Nya, dan nama-Nya akan tertulis di dahi mereka. Dan malam tidak akan ada lagi di sana, dan mereka tidak memerlukan cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab Tuhan Allah akan menerangi mereka, dan mereka akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya. (Why. 22:3-5)

Ending Hidup Sebagai Anggota Keluarga Raja
Menakjubkan bukan? Suatu ending yang Tuhan janjikan untuk kita semua. Kita bukan hanya akan memerintah bersama Dia selama seratus juta tahun, dan juga bukan hanya selama seratus trilyun tahun. Tapi Tuhan Yesus menjanjikan “royal status” untuk selama-lamanya. Berapa lamakah itu? Wah... saya tidak bisa menggambarkan dengan persis karena saya belum pernah melaluinya. Tapi yang pasti, itu akan menjadi “akhir” yang tak akan pernah kita tukar dengan apapun, APAPUN juga yang dunia tawarkan kepada kita.

Dan saudara-saudari, mengetahui akhir yang gamblang dan indah sedemikian rupa membuat hidup kita menjadi sederhana. Sebetulnya memang ini yang Tuhan Yesus maksudkan untuk kita: Hidup yang tidak complicated atau rumit. Secara garis besar bisa digambarkan sebagai berikut:

Percaya Yesus -> diselamatkan -> hidup setia kepada-Nya (mungkin 40-50 tahun lagi, tergantung berapa usia anda) -> ditutup dengan memerintah bersama Dia selama-lamanya.

Sangat simple bukan?

Mengapa Membuat Hidup Menjadi Rumit?
Namun kenyataannya banyak orang yang membuat hidupnya begitu rumit dengan mengijinkan dirinya ditekan oleh persoalan-persoalan hidup seperti masalah keuangan, keluarga, pekerjaan, dll. Mereka membiarkan masalah-masalah tersebut mengalihkan perhatian mereka dari Tuhan. Mereka mau hidup menderita untuk hal-hal yang sebetulnya tidak terlalu penting dan menentukan di dalam kekekalan. Jangan salah tangkap. Hal-hal tersebut adalah persoalan setiap orang yang hidup di dunia ini. Namun kehilangan fokus dan pengertian akan makna hidup dan “kehidupan setelah mati” bisa membuat banyak orang susah untuk hal yang tidak perlu disusahkan.

Itu sebabnya di dalam Alkitab, Tuhan menggambarkan kehidupan di muka bumi ini sebagai perjalanan yang sederhana dan sementara. Kalau kita lihat kehidupan Abraham, Ishak, Daud dan saksi-saksi iman di Ibrani pasal 11, kita akan lihat masa hidup mereka digambarkan hanya sebagai Masa Ujian Iman atau suatu Penugasan Sementara.

Hanya sedemikian! Memang masing-masing saksi iman itu memiliki atribut-atribut kehidupan yang berbeda-beda. Ada yang sebagai raja, sebagai nabi, sebagai seorang negarawan, seorang petualang, seorang gembala dan banyak lagi yang lain. Tapi itu bukanlah faktor yang penting di mata Tuhan. Itu juga bukanlah faktor yang membedakan di mata Tuhan. Bahkan itu semua bukanlah faktor yang menentukan untuk membuat Tuhan berkenan.

Dan kalau kita membaca ayat di kitab Ibrani pasal 11, kita melihat mereka hidup dengan pengertian yang sama.

Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini. Sebab mereka yang berkata demikian menyatakan, bahwa mereka dengan rindu mencari suatu tanah air. Dan kalau sekiranya dalam hal itu mereka ingat akan tanah asal, yang telah mereka tinggalkan, maka mereka cukup mempunyai kesempatan untuk pulang ke situ. Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka.
(Ibrani 11:13-16)

Mata Yang Tertuju Pada Garis Finish
Apakah hidup anda dan saya saat ini begitu complicated dan stressful? Apakah sikap seperti itu mampu membuat anda lebih berhasil dalam apapun yang anda kerjakan? Mungkin kita sudah mulai lupa akan “ending-line” yang Tuhan janjikan di kitab Wahyu pasal 22. Mungkin pikiran kita sudah terlalu teralihkan oleh rumitnya persoalan hidup sehingga kita lupa akan mana yang penting dan mana yang tidak terlalu penting, mana yang bersifat kekal dan mana yang bersifat sementara, mana yang menyenangkan Tuhan dan mana yang hanya menyenangkan manusia.

All blessings,
Binsar