First Love (1)






















Hari-hari ini Tuhan mengingatkan anak-anakNya untuk kembali kepada kasih mula-mula. Memang ini merupakan sesuatu yang sangat esensi pada saat dunia sedang gencar-gencarnya mengiklankan kenikmatan dan kemewahan hidup. Mereka yang tinggal di kota besar pasti melihat, bisa dikatakan kemana wajah berpaling, disitu terpampang papan iklan besar yang dibuat sedemikian menarik sehingga membuat kita tergoda untuk membeli barang atau jasa yang ditawarkan.


Tekanan arus konsumerisme ini akan terasa lebih kuat lagi ketika lingkungan kita, seperti tetangga atau rekan kerja, menjadikan hal ini sebagai alat persaingan. Akibatnya, banyak orang terpancing untuk berlomba mengejar kesenangan hidup dan harta duniawi sekalipun untuk itu sering harus mengorbankan prinsip-prinsip yang mereka pegang. Lebih parah lagi, banyak orang yang begitu terlena hingga mau menukarkan cintanya kepada Tuhan dengan kekayaan materi. Mereka lebih suka menghabiskan waktu untuk mengejar kenikmatan duniawi daripada menjalin keintiman dengan Tuhan.

Daya Tarik Dunia Membuat Ibadah kelihatan Membosankan
Anak-anak Tuhan pun tidak luput dari gejala ini. Banyak dari mereka yang sudah mulai bosan datang ke gereja. Ataupun jika datang, mereka tidak sungguh-sungguh berniat bertemu Tuhan melalui pujian dan pemberitaan firman. Membaca Alkitab di saat teduh menjadi sesuatu yang sangat membosankan. Pertemuan Doa menjadi sesuatu yang aneh dan menggerahkan.

Banyak orang tidak menyadari bahwa kehilangan kasih mula-mula telah membuat orang Israel terjual kepada musuh-musuhnya. Di Kitab Perjanjian Lama, kita temui orang Israel akhirnya terbuang dan tercerai berai karena kehilangan kasih mereka kepada Tuhan Allah. Mereka menukar Dia dengan ilah-ilah dunia.



Bejana Yang Sudah Penuh
Kehilangan kasih akan Tuhan Yesus merupakan awal kejatuhan anak-anak Allah. Rasul Yohanes mengibaratkan hati manusia seperti bejana yang memiliki kapasitas yang sangat terbatas, antara mengisi hati ini dengan kasih kepada Tuhan atau kasih kepada dunia. Tidak bisa kedua-duanya. Apabila hati ini sudah dipenuhi dengan keinginan mata dan kesenangan hidup, maka tidak ada lagi ruang yang tersisa untuk kasih kepada Tuhan Yesus. Sekuat apapun kita mencoba, kita tidak bisa memenuhi hati ini dengan kedua-duanya. Kita harus memilih salah satu.

1Yoh.2. 15-16 Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.

Tuhan tidak melarang kita untuk memiliki mobil yang bagus, handphone yang canggih, liburan yang menyenangkan, dan sebagainya. Namun kalau kita menemui bahwa membaca Alkitab dan berdoa merupakan hal yang membosankan, kita perlu mulai memeriksa diri kita. Apakah ruang hati kita tanpa disadari telah terisi oleh kegiatan-kegiatan, keinginan-keinginan atau pikiran-pikiran yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan Tuhan Yesus? Bukankah sangat kontras dengan saat pertama kali kita bertemu dengan Dia? Saat-saat dimana kita rasanya sangat sulit untuk meninggalkan hadirat-Nya untuk melakukan kegiatan yang lain?

Pagi ini ketika saya bangun dari tidur, saya merasakan kehadiran Tuhan yang begitu indah. Tapi apakah saya bisa menikmati hal itu apabila hati saya sudah dipenuhi oleh hal-hal duniawi?

All blessings,

Binsar