From Prayer to Praise

Cocokkah seorang profesional menyanyi memuji Tuhan? Tidak ketinggalan zamankah jika seorang businessman bersenandung lagu penyembahan sambil sibuk dalam pekerjaannya? Anehkah kalau kita melihat seorang yang sudah berhasil dalam karirnya masih suka memuji dan menyembah Tuhan?

Ada satu kisah nyata tentang seorang misionaris wanita di awal abad 20 yang terkena cacar air. Pada jaman tersebut penyakit yang sangat menular dan mematikan ini sedang mewabah dengan luar biasa. Seperti orang-orang lain yang terkena penyakit ini, missionaris ini harus tinggal di rumah dan tidak boleh berjumpa dengan siapapun. Dia berdoa siang dan malam mengharap kesembuhan tetapi setelah berdoa dan berdoa belum juga menerima jawaban.

Neraca Doa dan Ucapan Syukur Yang Seimbang
Sampai pada suatu malam wanita ini mendapat satu penglihatan. Dia melihat sebuah neraca dan neraca itu berat sebelah. Sisi yang satu berisi penuh dengan doa-doa sedang sisi lainnya hanya berisi sedikit puji-pujian. Lalu Tuhan Yesus memerintahkan wanita ini agar banyak memuji-muji Tuhan sebanyak doa yang telah dia panjatkan kepada Tuhan. Mendengar perkataan ini, wanita itu segera mulai memuji-muji Tuhan dengan segenap hati. Sampai dua hari dua malam dia terus memuji-muji Tuhan sampai tetangga-tetangga mendengar suaranya. Dan di akhir hari yang kedua ia mengalami kesembuhan total dari penyakitnya. Puji Tuhan !!!

Moral of the story? Bagi orang percaya, memuji Tuhan sama pentingnya dengan doa-doa yang dipanjatkan. Rasul Paulus mengingatkan jemaat Filipi untuk menaikkan ucapan syukur bersama dengan doa-doa mereka.

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. (Fil. 4:6)


Rasul Paulus bukan sekedar kotbah, dia juga mengalami dan mempraktekkannya ketika Dia bersama Silas dimasukkan kedalam penjara di Filipi. Dan kita tentu semua tahu bagaimana Tuhan menjawab dengan mujizat ketika anak-anakNya tetap menyanyikan pujian didalam masa kesesakan mereka. Terjadi gempa yang besar dan belenggu penjara terlepas dengan ajaib.

Saya yakin pujian dan ucapan syukur menunjukkan pernyataan iman kita. Artinya : sebelum kita menerima jawaban doa, kita sudah mengucap syukur dan berterima kasih atas jawaban yang belum kita lihat. Bukankah itu esensi dari Ibrani 11:1 ?

Siapa Bilang Memuji Tuhan Sudah Tidak Afdol?
Lalu menjawab pertanyaan kita yang di atas, apakah cocok dan tidak ketinggalan zaman jika kaum profesional Kristen yang sudah berhasil dalam karirnya masih suka memuji dan menyembah Tuhan di lingkungan kerjanya? Pertanyaan ini dipicu oleh adanya orang-orang yang berkeyakinan bahwa kaum profesional adalah mereka yang menghadapi persaingan, baik bisnis maupun karir, dengan mengandalkan kecerdikan, pengalaman dan kekuatan sendiri. Oleh mereka hal ini dianggap sebagai gaya hidup ”orang-orang maju” atau modern. Dalam pandangan kelompok ini, menjalin keintiman dengan Tuhan dan mengandalkan kekuatan-Nya adalah gaya hidup kuno dan hanya diperuntukkan bagi mereka yang kalah bersaing dan putus asa. Karenanya gaya hidup ini dipandang ”tidak bergengsi”.

Saya ingat kesaksian seorang General Manager di perusahaan BUMN yang datang di kebaktian kami. Dia sebetulnya tidak terbiasa dengan puji-pujian yang berirama agak cepat dan sering kali bersikap pasif di dalam kebaktian. Namun suatu hari dia mengalami situasi di mana dia harus bersaing dengan begitu banyak orang di kantor untuk suatu jabatan yang penting. Banyak sekali orang yang pintar di perusahaan tersebut dan sebagai orang Kristen yang minoritas, anak Tuhan ini mengerti bahwa tantangannya cukup berat. Namun puji Tuhan, sekalipun dia pasif di kebaktian, dia teringat akan lagu yang seperti ini liriknya:

”Beribu rebah di kiriku, berlaksa di sisi kananku, ku tahu janji-Mu, Engkau bersamaku. Takkan goyah keyakinanku pada diri-MU, Yesus Tuhanku. Tiada yang seperti diri-Mu…. dst”. Saya yakin anda sering mendengar lagu tersebut.

Pujian Menghempaskan Musuh Musuh Kita
Anak Tuhan itu teringat akan lagu tersebut dan mengimani kebenarannya diatas persaingan ketat yang sedang dia hadapi itu. Anda tahu hasilnya? Belum lama saya melihat dia datang di kebaktian menaiki kendaraan dinas baru yang mahal dan bagus. Ternyata dialah yang terpilih untuk jabatan penting tersebut. Bapak ini kemudian bersaksi bahwa Dia telah menjadikan Tuhan rahasia suksesnya dan tangan Tuhanlah yang telah menyisihkan para pesaingnya sehingga ia bisa mendapatkan posisi tersebut. Puji Tuhan.

Menurut saya, justru karena kehidupan kita, kaum profesional, sarat dengan persaingan, kita lebih membutuhkan Tuhan. Kaum profesional yang intim dengan Tuhan adalah orang modern sejati. Mereka lebih modern daripada orang yang mengandalkan kekuatan sendiri. Membawa pujian dan doa ke lingkungan kerja juga bukan sesuatu yang aneh dan ketinggalan jaman. Justru inilah kunci sukses kita. Kaum profesional yang masih mengandalkan kekuatan sendiri hidup di zaman dimana manusia belum tahu bahwa ada Allah yang sangat tertarik dan peduli dengan perkembangan karir atau bisnis manusia. Dengan kekuasaan-Nya yang luar biasa dan tak terbatas Dia siap, bahkan rindu, untuk membantu manusia meraih kesuksesan demi kesuksesan dan menampilkan yang terbaik dari potensi yang dimilikinya. Banyak orang tidak tahu kebenaran ini tetapi kita, kaum profesional yang telah mengenal Yesus, tahu.

Apakah saat ini anda sedang berdoa begitu keras untuk suatu tantangan hidup? Dan apakah anda sudah memuji serta mengucap syukur pada Tuhan sama banyaknya dengan doa-doa anda? Saya berdoa agar kita semua mengalami terobosan dalam karir dan bisnis kita melalui pujian syukur kita kepada Tuhan Yesus.

All blessings,
Binsar