Kunci kehidupan Kristiani yang sangat penting ada tertulis di Kitab Ibrani pasal 11. Di sana diuraikan dengan jelas bagaimana kehidupan orang percaya yang semestinya. Bila dibandingkan dengan kehidupan anak-anak Tuhan saat ini, apa yang dialami tokoh-tokoh iman di jaman dahulu kurang lebih hampir sama secara esensi. Mereka semua mengalami tantangan, menghadapi penganiayaan karena iman, mengalami penolakan dan melalui penantian demi penantian akan janji Allah.
Saya yakin ada hasil akhir yang jauh lebih berharga dari sekedar Material achievement di mata Tuhan. Kalau kita menyelidiki Kitab Injil dan surat-surat para Rasul, kita akan temukan bahwa ketika Tuhan menilai hidup kita, ia lebih menitik-beratkan pada spiritual dan mental achievement. Upah yang Ia janjikan bukanlah berdasarkan pada seberapa banyak kekayaan materi yang bisa kita kumpulkan semasa hidup di dunia melainkan berdasarkan atas ketaatan kita dalam mengikuti tuntunan-Nya.
Saya yakin ada hasil akhir yang jauh lebih berharga dari sekedar Material achievement di mata Tuhan. Kalau kita menyelidiki Kitab Injil dan surat-surat para Rasul, kita akan temukan bahwa ketika Tuhan menilai hidup kita, ia lebih menitik-beratkan pada spiritual dan mental achievement. Upah yang Ia janjikan bukanlah berdasarkan pada seberapa banyak kekayaan materi yang bisa kita kumpulkan semasa hidup di dunia melainkan berdasarkan atas ketaatan kita dalam mengikuti tuntunan-Nya.
Ujian Penantian Menghasilkan Karakter Emas
Paulus mengatakan: ”Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia. Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.” (2Tim. 2:20-21)
Ayub mengatakan: Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas. (Ayub 23:10)
Yang dipandang mulia oleh Tuhan dalam kehidupan Ayub bukanlah kekayaannya yang membuatnya terkenal diseluruh tanah Us, namun kesetiaannya kepada Tuhan yang tidak pernah goyah sekalipun dia mengalami kemalangan dan cobaan yang begitu besar. Kemuliaannya muncul seperti emas justru ketika ia berada dalam titik terendah dalam kehidupannya - ketika dia miskin, sakit-sakitan dan bangkrut habis-habisan.
Paulus mengatakan: ”Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia. Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.” (2Tim. 2:20-21)
Ayub mengatakan: Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas. (Ayub 23:10)
Yang dipandang mulia oleh Tuhan dalam kehidupan Ayub bukanlah kekayaannya yang membuatnya terkenal diseluruh tanah Us, namun kesetiaannya kepada Tuhan yang tidak pernah goyah sekalipun dia mengalami kemalangan dan cobaan yang begitu besar. Kemuliaannya muncul seperti emas justru ketika ia berada dalam titik terendah dalam kehidupannya - ketika dia miskin, sakit-sakitan dan bangkrut habis-habisan.
Hidup Untuk Memperoleh Harta Yang Tersembunyi
Kita harus mengejar kualitas tertentu dalam hidup ini melebihi uang dan harta. Kalau hanya soal kebutuhan, tidak perlu diragukan lagi. Janji Tuhan mengatakan bahwa orang benar takkan pernah dibiarkan meminta-minta dan hidup dalam kemiskinan selama-lamanya (Maz. 37:25). Ini semua sudah dijanjikan Tuhan kepada mereka yang memiliki kualitas hidup yang sesuai dengan tuntunan-Nya. Harta duniawi bukanlah segala-galanya. Kita harus mengejar suatu harta yang lain. Salah satu dari harta tersebut adalah kesabaran, terutama dalam menghadapi penangguhan-penangguhan yang menyakitkan hati, karena disinilah terletak bukti kedalaman akar iman kita.
Saya berdoa supaya kita semua jangan pernah mendapat kemalangan seburuk yang dialami Ayub. Tetapi saya mengajak anda untuk meniru teladan Ayub dalam menyikapi kemalangannya. Mungkin kita mengalami penundaan promosi jabatan, atau penundaan atas keuntungan besar dalam bisnis. Tapi apakah dalam setiap penundaan tersebut kita tetap berharap kepada-Nya? Apakah kita tetap menyebut nama-Nya dan mengingat Dia dengan tersenyum sambil mengucap syukur?
Kita harus mengejar kualitas tertentu dalam hidup ini melebihi uang dan harta. Kalau hanya soal kebutuhan, tidak perlu diragukan lagi. Janji Tuhan mengatakan bahwa orang benar takkan pernah dibiarkan meminta-minta dan hidup dalam kemiskinan selama-lamanya (Maz. 37:25). Ini semua sudah dijanjikan Tuhan kepada mereka yang memiliki kualitas hidup yang sesuai dengan tuntunan-Nya. Harta duniawi bukanlah segala-galanya. Kita harus mengejar suatu harta yang lain. Salah satu dari harta tersebut adalah kesabaran, terutama dalam menghadapi penangguhan-penangguhan yang menyakitkan hati, karena disinilah terletak bukti kedalaman akar iman kita.
Saya berdoa supaya kita semua jangan pernah mendapat kemalangan seburuk yang dialami Ayub. Tetapi saya mengajak anda untuk meniru teladan Ayub dalam menyikapi kemalangannya. Mungkin kita mengalami penundaan promosi jabatan, atau penundaan atas keuntungan besar dalam bisnis. Tapi apakah dalam setiap penundaan tersebut kita tetap berharap kepada-Nya? Apakah kita tetap menyebut nama-Nya dan mengingat Dia dengan tersenyum sambil mengucap syukur?
Bagaimana kalau penundaan itu berlangsung bukan hanya sehari dua hari melainkan bertahun-tahun? Apakah cinta dan komitmen kita pada Tuhan tetap sekuat pertama kita mengikut Dia?
Kesetiaan Menanti Sangat Berharga Dimata Tuhan
Musa mengalami penundaan selama 80 tahun sebelum janji Tuhan dalam hidupnya mulai digenapi. Namun dia tidak menyesal karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah (Ibr. 11:24-26). Penundaan itu akhirnya membentuk Musa menjadi orang yang lembut hatinya dan sangat berharga di mata Tuhan.
Apakah saat ini kita mengalami penundaan-penundaan yang menyakitkan? Bersyukurlah karena ini berarti Tuhan sedang melembutkan hati dan menguatkan iman kita. Dan apakah kita ingin muncul sebagai emas seperti Ayub? Tetap Setia sampai garis akhir.
Musa mengalami penundaan selama 80 tahun sebelum janji Tuhan dalam hidupnya mulai digenapi. Namun dia tidak menyesal karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah (Ibr. 11:24-26). Penundaan itu akhirnya membentuk Musa menjadi orang yang lembut hatinya dan sangat berharga di mata Tuhan.
Apakah saat ini kita mengalami penundaan-penundaan yang menyakitkan? Bersyukurlah karena ini berarti Tuhan sedang melembutkan hati dan menguatkan iman kita. Dan apakah kita ingin muncul sebagai emas seperti Ayub? Tetap Setia sampai garis akhir.
Betapa indahnya perjumpaan kita dengan Tuhan Yesus ketika Dia berkata " Masuklah dalam kebahagian TuhanMu, hai hambaku yang baik dan setia...."
All blessings.
Binsar
All blessings.
Binsar