Dari Keluhan Menuju Doa


Adalah suatu kenyataan bahwa banyak anak-anak Tuhan kurang mengerti kuasa doa. Sebab itu banyak yang jarang menyempatkan waktu untuk berdoa. Yang dimaksud disini adalah berdoa dengan benar, ketika menghadapi masalah di tempat kerja atau di rumah.

Karena doa jarang menjadi option pertama, kita akhirnya mudah terpancing untuk mengomel, berkeluh kesah dan akhirnya kesal sendiri karena bereaksi demikian. Akibatnya bukannya persoalan terselesaikan, tapi persoalan barulah yang timbul. Banyak yang menderita sakit dada karena mengalami kepahitan, juga sakit kepala dan stress karena kejengkelan yang terpendam bertumpuk-tumpuk.

Keluhan dan protes tidak akan menyelesaikan persoalan kita
Ada banyak suami atau istri yang jengkel kepada pasangannya karena merasa diperlakukan kasar dan tidak dihargai. Karena dengan perkataan dan teguran tidak terjadi perubahan, akhirnya timbulah percekcokan yang berakhir dengan sakit hati. Syukur kalau setelah itu mereka bisa saling memaafkan sehingga hubungan dipulihkan. Kalau tidak, sakit hati ini bisa menjadi bertumpuk-tumpuk dan suatu ketika meledak seperti bom atom yang fatal.

Ada karyawan Kristen yang tidak puas dengan sikap managernya. Ia melihat bos tersebut tidak bisa dijadikan teladan. Selain sering memperlakukan bawahannya dengan kasar dan sewenang-wenang, ia juga suka pura-pura lupa kalau menjelang hari penentuan bonus tahunan. Sebagian pegawai menerima saja perlakuan seperti itu tapi sebagian yang lain berani meng-konfrontasi, tentu saja dengan perhitungan fifty-fifty: dipecat atau mengalami perubahan perlakuan.

Tidak puas terhadap atasan juga sering terjadi di dunia pelayanan: jemaat gereja yang tidak puas dengan gembala sidangnya atau pengerja pelayanan kantor yang tidak suka dengan koordinator pelayanannya, dlsb.

Dalam kasus-kasus diatas kebanyakan orang mengomel dan mencurahkan kejengkalannya kepada rekan-rekannya. Bahkan ada yang meracuni pikiran orang lain dengan melebih-lebihkan dan menjelek jelekan orang yang tidak disukai tersebut.


Mengeluh VS Mengandalkan Doa
Ada ayat yang menarik dalam Alkitab mengenai hal ini.

Luk. 6: 28 mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.

Mat. 21:22 Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya."

Adalah suatu hal yang mengejutkan bahwa sangat sedikit anak-anak Tuhan yang berdoa secara positif atas atasannya yang kasar, atas gembalanya dan pendetanya yang tidak sempurna (somehow mereka selalu saja menemukan kelemahan bapak pendetanya :-), atas suaminya atau istrinya di rumah. Lebih banyak yang memilih untuk membicarakan orang-orang tersebut di belakangnya dari pada mendoakannya.

Doa Lebih Berkuasa Dari Protes dan Komplain
Padahal Tuhan Yesus katakan, doa orang percaya itu dahsyat sekali. Umpamanya kita berdoa untuk pasangan kita dengan sungguh-sungguh, besar sekali chance-nya bagi doa kita untuk terjawab. Artinya, berkat doa kita, sangat mungkin pasangan kita berubah dari kelakuannya yang tidak benar. Karena doa kita, tidak mustahil atasan kita sadar dan memperbaiki tingkah lakunya yang menurut kita keterlaluan. Dan bapak gembala / pendeta semakin disempurnakan dan dipakai Tuhan dengan lebih besar lagi sebagai jawaban atas doa kita yang penuh keyakinan dan kasih. Karena doa orang percaya besar sekali kuasanya!

Doa Mendatangkan Kelegaan Yang Tuntas
Ketika kita berdoa, bukan hanya apa yang kita doakan akan terjadi. Lebih dari itu, kitapun akan dilepaskan dari rasa kesal dan kepahitan yang bisa mengakibatkan kanker atau penyakit berat lainnya karena kalau kita berdoa dan memberkati orang yang tidak berkenan kepada kita, rasa sesak dalam dada kita akan Tuhan ganti dengan kelegaan dan damai sejahtera.

Apakah kita sudah mulai berdoa bagi mereka yang menyakiti kita?
Apakah kita cukup percaya bahwa doa kita akan memberi dampak yang baik bagi orang lain ?

Let’s start to do it today.

All blessings
Binsar