Orang Sukses Yang Tidak Kaya




















OK ok ok sebelum anda menolak judul yang saya buat untuk artikel ini, saya perlu jelaskan didepan.  Firman Tuhan setuju dengan hidup yang diberkati secara rohani dan jasmani sebab Tuhan datang untuk memberi hidup yang berkelimpahan bukan? (Yoh 10:10)....

Abaraham, Ishak, Yakub, Yusuf, Daud, Salomo, Daniel, dan banyak lagi tokoh-tokoh Alkitab tidak diragukan lagi adalah orang-orang yang Kaya secara finansial. Tokoh-tokoh sebelum Nabi Nuh .....mungkin belum hidup dalam dunia yang kompleks sehingga mereka mungkin hidup tanpa perduli untuk mengumpulkan kekayaan. Tapi pasti mereka juga tidak hidup dalam kekurangan.....

Intinya, orang-orang benar dalam Perjanjian Lama umumnya hidup dalam berkelimpahan dan ..... jatuh miskin ketika mereka meninggalkan Tuhan.

Suatu prinsip yang sangat sederhana.... sehingga Daud pun mengatakan: Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; (Maz 37:25)

Namun kalau kita selidiki lebih lanjut, ada orang-orang benar dan sukses dalam Alkitab yang hidupnya tidak Kaya. Benar yang dimaksud artinya tentu memiliki hidup berkenan kepada Allah. Dan Sukses artinya mereka berhasil memenuhi panggilan dan tujuan hidupnya. Hidup yang memberi dampak pada dunia di sekitar mereka.

Kita bisa mulai dengan Rasul Paulus, Rasul Petrus dan rasul-rasul dalam gereja mula-mula misalnya. Tambahkan kesitu, nabi Elia, Elisa dan nabi-nabi lain yang Tuhan kirim ke bangsa Israel sepanjang jaman raja-raja.

Apakah Prinsip Hidup Berkelimpahan Tidak Manjur Dalam Hidup Mereka?
Mustahil ! Kebenaran Firman Tuhan berlaku kemarin, hari ini dan selama-lamanya bukan.... ?

Tapi persoalannya bukan disitu. Kalau kita gali lebih dalam, kita akan temui bahwa banyak orang benar yang MEMILIH untuk hidup dalam kekurangan agar dapat efektif dalam melakukan tugasnya. Lebih efektif dalam mencapai panggilannya. Efektif?

Ya karena kalau mereka hidup penuh kekayaan, mereka tidak bisa melakukan panggilannya. Coba bayangkan bila seorang misionaris pergi ke Papua pedalaman dan hidup di tenda dengan genset, satelite TV, kulkas, big LCD TV dan satu mobil Jaguar parkir di depan "tenda"nya ?

O dia akan dianggap orang aneh dan tidak akan bisa secara efektif melayani orang-orang pedalaman tersebut. Jadi apa yang mereka lakukan? Banyak dari mereka yang akhirnya menyesuaikan gaya hidupnya, bahkan cara berpakaiannya dan cara makannya agar mereka bisa efektif melayani di daerah misi.

Rasul Paulus mungkin merupakan contoh yang paling baik untuk hal ini. Dia mengatakan:
Dalam hal apapun kami tidak memberi sebab orang tersandung, supaya pelayanan kami jangan sampai dicela. Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan, bahwa kami adalah pelayan Allah, yaitu: dalam menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, .... sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu. (2Kor 6:3, 4, 10)

Memilih Untuk Tidak Menjadi Kaya Raya  
Rasul Paulus adalah orang yang pintar dan berpendidikan tinggi. Dia akan sangat gampang untuk hidup kaya bila dia mengambil suatu profesi businessman secara full time. Namun dia memilih untuk hidup dengan menjual tenda sambilan karena dia memiliki suatu gol dalam hidupnya. Artinya bila dia harus hidup tidak kaya untuk berhasil maka itulah yang menjadi plihannya. Pilihan untuk hidup tidak Kaya secara finansial.

Apakah boleh ?

Tentu saja boleh.  Hidup ini jauh lebih luas dari sekedar menjadi kaya. Dalam hidup yang singkat ini banyak pencapaian-pencapaian yang bisa dikejar dari sekedar menjadi kaya.

Memang tidak selalu harus memilih salah satu. Tapi banyak dari kita akan sampai pada satu titik dimana kita harus memilih antara hidup kaya atau mencapai cita-cita panggilan kita. Paling tidak hidup sederhana untuk sementara waktu agar bisa fokus pada pencapaian dalam bentuk yang lain.

Hidup Berkorban Untuk Suatu Cita-cita
Rasul Paulus mengatakan dengan begitu jelas di Surat Filipi:
Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, ...dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. (Fil 3:8, 14)
 
Apakah kita hidup hanya sekedar untuk memperoleh kekayaan? Untuk sukses secara material semata-mata?

Bagaimana kalau pencapaian material menjadi penghalang atau faktor penunda datangnya Sukses yang terutama: Cita-cita kita? Panggilan Kita?

All blessings,
Binsar