How to treat your staff.

























Belajar dari Daud (3): How to treat your staff.

2Sam23: 14 Pada waktu itu Daud ada di dalam kubu gunung dan pasukan pendudukan orang Filistin pada waktu itu ada di Betlehem. 15 Lalu timbullah keinginan pada Daud, dan ia berkata: "Sekiranya ada orang yang memberi aku minum air dari perigi Betlehem yang ada dekat pintu gerbang!" 16 Lalu ketiga pahlawan itu menerobos perkemahan orang Filistin, mereka menimba air dari perigi Betlehem yang ada dekat pintu gerbang, mengangkatnya dan membawanya kepada Daud. Tetapi Daud tidak mau meminumnya, melainkan mempersembahkannya sebagai korban curahan kepada TUHAN, katanya: "Jauhlah dari padaku, ya TUHAN, untuk berbuat demikian! Bukankah ini darah orang-orang yang telah pergi dengan mempertaruhkan nyawanya?" Dan tidak mau ia meminumnya. Itulah yang dilakukan ketiga pahlawan itu.

Daud adalah pemimpin yang hebat. Semua staffnya akan memberikan hidupnya hanya untuk menyenangkan hati Daud. Memang tidak mudah untuk mencapai level kepemimpinan seperti ini. Namun lebih sulit lagi untuk mempertahankan tingkat loyalitas ini. Saya yakin dibutuhkan kebersamaan yang kuat baik dalam masa sulit maupun dalam momen momen kemenangan. Daud adalah pemimpin yang seperti itu. Dia mengerti arti kebersamaan dan bagaimana menyelami perasaan anak buahnya. Sebaliknya ia pun memberi kesempatan agar dirinyapun dikenal oleh bawahan-bawahannya.

Daud juga mengerti bagaimana membangun trust dan loyalitas itu. Kita bisa membaca dari cerita di atas bagaimana loyalitas anakbuahnya semakin diperkuat melalui peristiwa seember air dari perigi Betlehem.

Loyalitas Bukan Untuk Kepentingan Pribadi
Memang mereka sudah loyal sepenuhnya pada Daud. Namun Daud tidak mengeksplotasi loyalitas itu untuk kepentingan pribadi. Sekali lagi dia menunjukkan kepada seluruh pengikutnya bahwa kesetiaan mereka tidak akan sekali kali dia abuse. Ingat apa yang dikatakan Daud?

Dia berkata "Jauhlah dari padaku, ya TUHAN, untuk berbuat demikian! Bukankah ini darah orang-orang yang telah pergi dengan mempertaruhkan nyawanya?"

Ah saya yakin anak buahnya semakin hancur hatinya (luluh dan takluk) karena diperlakukan dengan penuh penghargaan oleh pemimpin yang mereka kagumi itu. Mereka sekarang mengerti bahwa setiap pengorbanan yang akan mereka lakukan bagi Daud tidak akan terbuang percuma. Daud akan menghargai setiap extra effort itu dan menganggap itu sebagai suatu pengorbanan yang suci.

Apakah kita atasan yang dijauhi oleh anak buah kita ? Apakah kita sudah menguasai seni kepemimpinan Daud?

All blessings,
Binsar