Keberhasilan VS Hidup Yang Kekal




















Salah satu alasan yang kuat mengapa banyak orang tidak hidup dalam keberhasilan adalah karena Tuhan takut anak-anakNya menjadi murtad karena keberhasilannya. O ini bukan main main. Berapa banyak teman-teman kita yang pindah agama karena alasan pernikahan atau karena tawaran kekayaan.

Satu hal yang perlu kita ketahui adalah bahwa Tuhan sangat perduli akan nasib kita dalam kekekalan. Bahkan begitu pedulinya sehingga kalau perlu Tuhan rela (sekalipun harus menahan sedih) membiarkan kita hidup dalam kegagalan dan kemiskinan. Apabila kemiskinan dan kesusahan akan membuat anak-anakNya tetap bertahan dalam iman, Tuhan akan ijinkan supaya kita tidak perlu alami kekayaan dan keberhasilan yang terlalu hebat.

Rasul Paulus adalah Rasul yang sangat mengasihi jemaat Tuhan. Saya yakin Rasul Paulus juga sangat mengerti pikiran Tuhan. Namun beliau rela berdoa untuk kematian salah seorang jemaatnya supaya jemaat ini bertobat dan tetap bisa memperoleh hidup yang kekal. Anda tentu ingat kejadian di jemaat Korintus yang dilayaninya. Pada jemaat itu ada seseorang yang hidup dalam perzinahan dengan istri ayahnya sendiri. Demikian beraninya orang ini hidup didalam dosa sehingga melakukan hal itu secara terang-terangan sampai seluruh jemaat Korintus mengetahuinya.

Dibinasakan Agar Tetap Masuk Surga
Lalu Rasul paulus dalam suratnya berkata demikian: … orang itu harus kita serahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada Iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan. (1Kor 5:5)

Dengan kata lain, Rasul Paulus mengajak seluruh jemaat bersama-sama berdoa agar orang tersebut sakit dan mati sebelum orang itu benar-benar murtad dan menyangkali Tuhan Yesus. Menurut dia, lebih baik cepat mati dan menderita asalkan masih sempat terselamatkan dan bisa masuk surga.

Mengejutkan bukan?

Tapi ini suatu kenyataan dan sering terjadi dalam jaman sekarang juga. Banyak orang Tuhan biarkan sakit dan mati agar tidak terlanjur murtad. Apabila Tuhan tega membiarkan umatnya sakit dan mati, maka Tuhan juga akan tega membiarkan kita hidup tidak terlalu kaya, tidak terlalu berhasil, dan tidak terlalu menonjol karena Dia sangat mengerti bahwa kita tidak siap menerima keberhasilan yang terlalu besar.

Sengaja Digagalkan Tuhan Agar Tidak Murtad
Ada orang yang tidak kuat melawan godaan selingkuh. Ada yang tidak kuat melawan godaan harta kekayaan dan ketamakan. Ada yang tidak kuat dan mudah jatuh dalam kesombongan. Ada yang lemah pada lebih dari satu godaan-godaan tersebut. Ketika orang tersebut masih tidak terlalu kaya dan tidak memiliki kesempatan untuk selingkuh, sombong dan korupsi, kelemahan-kelemahan itu tidaklah kelihatan. Namun ketika orang tersebut dibiarkan menjadi kaya, dan kesempatan berbuat dosapun ada, maka sangatlah berbahaya nasibnya karena dia akan jatuh dan bahkan menjadi murtad.

Seseorang perlu memiliki fondasi yang kuat untuk menerima kekayaan dan keberhasilan. Bagi Tuhan sangatlah mudah untuk memberikan keberhasilan. Tapi terlebih sulit untuk membuat seseorang kuat, teruji dan tidak tergoda oleh ekses dari keberhasilannya tersebut.

Bagaimana kehidupan kita saat ini? Apakah kita bisa dipercaya dengan keberhasilan yang lebih hebat lagi?

Bagaimana Mengukur Kesiapan Dalam Menerima Sukses?
Sebetulnya tidak terlalu sulit untuk menguji kekuatan dan fondasi Kekristenan seseorang. Umumnya kita bisa melihat kekuatan seseorang dari bagaimana seseorang memperlakukan pasangannya, mengatur keuangannya dan kerelaannya memberikan waktu untuk Tuhan dan pekerjaan Tuhan di gerejanya.

Apabila sebelum sukses, keluarga sudah tidak harmonis, bagaimana mungkin bisa bertahan saat menjadi kaya? Apabila seseorang tidak setia dalam perpuluhan saat penghasilannya belum banyak, bagaimana mungkin bisa dipercaya dengan uang yang lebih banyak? Dan apabila seseorang tidak punya waktu untuk gereja ketika belum berhasil, bagaimana mungkin akan memberikan waktu bagi Tuhan bila dia sudah behasil?

Memiliki Kapasitas Menerima Keberhasilan
Hari-hari ini, daripada kita menagih nagih Sukses yang dijanjikanNya, mungkin kita perlu terlebih dulu minta agar kita dibentuk menjadi kuat dalam tiga area tersebut. Sehingga kita menjadi umat yang siap untuk menerima keberhasilan yang lebih besar.

“Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya--Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan--, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun.” (Luk 6:47, 48)

All blessings,
Binsar