Wanted: Cheerleader!



Aku berseru kepada Allah, Yang Mahatinggi, kepada Allah yang menyelesaikannya bagiku. Aku terbaring di tengah-tengah singa yang suka menerkam anak-anak manusia, yang giginya laksana tombak dan panah, dan lidahnya laksana pedang tajam. Bangunlah, hai jiwaku, bangunlah, hai gambus dan kecapi, aku mau membangunkan fajar! Aku mau bersyukur kepada-Mu di antara bangsa-bangsa, ya Tuhan, ... (Maz 57:3,5,9,10a)

Ketika gelombang kehidupan sedang menghantam keras kearah usaha, pekerjaan dan rumah tangga kita, yang paling kita butuhkan adalah dukungan yang menguatkan kita. Tapi kenyataannya sering kali justru palingan muka yang kita terima dari orang-orang yang terdekat. Bukannya hiburan yang diberikan tapi mereka malah menyalahkan kita. Kurang hati-hatilah, tidak becuslah dan lain sebagainya.

Jadi dimana Cheeerleader yang kita perlukan?
Dimana Penggembira yang menyoraki kita dari pinggir lapangan?
Dimana teriakan penyemangat yang mendorong kita untuk bangkit dan lari lebih kencang dalam perlombaan kehidupan ini?

Saya jadi teringat perkataan Pdt Jacob Nahuway beberapa waktu yang lalu. Beliau mengatakan, orang-orang yang berhasil harus berani untuk melalui jalan yang sepi dan sendirian untuk menuju sukses. Kurang lebih begitu intinya. Ketika kita sedang mengejar sukses, kita harus siap menerima cemohan dan perkataan-perkataan negatif dari sekeliling kita. Kita harus self-encouraging. Kita harus jadi Cheerleader, Penggembira bagi diri kita sendiri.

Itu yang dilakukan Daud ketika Ia dikejar-kejar Saul yang notabene adalah mertuanya sendiri. Orang yang mestinya adalah bapak pelindungnya, justru cemburu dan berusaha menjatuhkan bahkan mau membunuh Daud.

Saat dia "down", Daud menjadi Cheerleader bagi dirinya sendiri. Ketika dia loyo, dia berkata, "Bangun ayo Daud !",

"Tuhan akan menyelesaikan masalah ini", "Ayo Bangun Daud !"

Perkataan-perkataan yang membalikkan keadaan
Teman-teman, jangan anggap remeh perkataan yang kita ucapkan terhadap diri kita sendiri. Apalagi kalau dengan suara yang keras dan mantap. Dilakukan seperti sorakan penggembira dalam suatu perlombaan. Gunakan perkataan yang berdasarkan ayat-ayat Alkitab. Dijamin semua stress dan depresi akan lari jauh-jauh. Rasa tertekan di dalam dada akan berganti menjadi kelegaan dan rasa damai. Pikiran-pikiran pesimistis akan berubah jadi serba optimis. Coba saja.

Firman Tuhan katakan:
Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang, tetapi perkataan yang baik menggembirakan dia. (Ams 12:25)

Setiap anak Allah memiliki kuasa dalam perkataannya. Tuhan Yesus sendiri bilang kalau perkataan kita bisa memindahkan gunung.

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya. (Mar 11:23)

Mau itu gunung persoalan, gunung penghalang atau gunung kegagalan, semuanya harus pindah ketika kita mengatakannya dan mengatakannya dengan percaya. Haleluyah.

Kita sendirilah Cheerleader yang selama ini kita tunggu-tunggu
Kita sering memberi semangat kepada orang lain. Itu bagus. Tapi sekarang saatnya kita juga harus belajar untuk menjadi penggembira bagi diri kita sendiri. Belajar menjadi Cheerleader yang memberi semangat dengan perkataan-perkataan yang positif.

Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya. (Ams 18:21)

All blessings,
Binsar