Yang Sempurna vs Yang Di-ijinkan

Bil 22:28,29,32 Ketika itu TUHAN membuka mulut keledai itu, sehingga ia berkata kepada Bileam: "Apakah yang kulakukan kepadamu, sampai engkau memukul aku tiga kali?" Jawab Bileam kepada keledai itu: "Karena engkau mempermain-mainkan aku; seandainya ada pedang di tanganku, tentulah engkau kubunuh sekarang." Berfirmanlah Malaikat TUHAN kepadanya: "Apakah sebabnya engkau memukul keledaimu sampai tiga kali? Lihat, Aku keluar sebagai lawanmu, sebab jalan ini pada pemandangan-Ku menuju kepada kebinasaan.

Inilah cerita tragis seorang Nabi yang harus ditegur oleh seekor keledai atas pilihan yang salah yang diambilnya. Namanya Bileam.

Pilihan Yang Salah Bisa Terjadi Pada Anak-anak Tuhan
Kalau kita membaca seluruh perikop Firman Tuhan itu, kita akan menemui bahwa Bileam benar benar bisa mendengar suara Tuhan. Itu sudah terjadi dan selama ini juga sudah terbukti ke-akuratan-nya sebab kalau tidak mana mungkin Balak, Raja Moab, mengirim kurir dengan upeti untuk mengundang dia datang. Namun seorang yang biasa mendengar suara Tuhan secara langsung dan jelas-pun dapat melakukan kesalahan dalam pilihan-pilihannya di hidup ini. Seorang dengan pengalaman yang banyak bersama Tuhan-pun dapat tergoda oleh uang dan ketenaran.

Di bagian FT tersebut, Bileam bertanya kepada Tuhan apakah dia boleh pergi memenuhi permintaan Balak. Tuhan bilang: Tidak. No. Nehi. Sangat keras dan jelas. Namun ketika utusan Balak datang kembali dengan upeti yang lebih banyak, dia mulai tergoda dan coba-coba tanya Tuhan sekali lagi. Jangan-jangan Tuhan salah memberi tuntunan. Atau mungkin dia kurang menyimak dan salah mendengar suara Tuhan.

Tuhan Tidak Bisa Memaksakan KehendakNyaKalau kita ikuti ceritanya, memang akhirnya Tuhan mengijinkan Dia pergi dengan suatu syarat. Sehingga kita temui, the perfect Vs. Permissive Will of God. Kehendak Tuhan yang sempurna Vs. yang diijinkan. Kehendak Tuhan yang sempurna melarang dia pergi. Tapi karena hatinya sudah bulat mau pergi menemui Balak, Tuhan mengijinkan Bileam pergi.

Banyak yang kita tidak mengerti dalam hidup ini. Mengapa seseorang Tuhan ijinkan memilih suatu pilihan yang tidak sempurna. Lalu mengalami nasib yang berakhir tragis.

Keputusan Yang Dipaksakan Akan Berakhir TragisNamun sebetulnya bila kita mengerti akhir dari pilihan yang tidak sempurna, kita pasti tidak akan ngotot pada pendirian kita dan merelakan keinginan kita diganti dengan kehendak Dia yang lebih baik. Sebab pilihan yang Dia larang, pasti berpotensi menjatuhkan kita. Putusan yang Dia larang pasti berpotensi besar membuat kita hancur.

Jangan biarkan suatu peristiwa yang memalukan harus terjadi dulu, baru kita mengubah keputusan kita. Atau lebih parah lagi, jangan kita seperti Bileam ynag sekalipun mengalami teguran dengan cara yang memalukan, masih saja meneruskan niatnya untuk menemui Balak. Kita tahu akhirnya pilihan Bileam membawa dia pada kematian yang tragis (Bil 31:8).

Apakah engkau tergoda dengan seorang lelaki yang baik tapi belum mengenal Tuhan? Atau sebaliknya engkau berniat menikahi seorang gadis yang memang cantik tapi sayangnya tidak mencintai Tuhan Yesus? Atau mungkin tergoda pada suatu tawaran proyek dengan hasil yang besar sekalipun akan membawa kita jatuh kedalam dosa?

Maukah kita meneduhkan hati kita dan merelakan kehendak Dia yang sempurna menuntun setiap keputusan kita? Seperti yang Paulus katakan di Rom 12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

All blessings,
Binsar